Posted by fatahensem | Posted in tazkirah | Posted on 6:29 PM
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
ikhwah dan akhawat yang saya sayangi , mari kita imbas kembali sirah nabawiyyah sebagai panduan dalam gerak kerja dakwah pada masa kini.
saya yakin dan percaya , majoriti dikalangan kita apabila sudah menamatkan pelajaran di mana-mana IPT/IPTS , sudah terbayang dengan pekerjaan yang bakal dipohon dengan kelayakan segulung ijazah dan sebagainya. Dengan kata mudah , memohon pekerjaan di sektor swasta mahupun kerajaan.
Ketahuilah bahawa sektor pekerjaan pada masa ini tidak memungkinkan graduan universiti bekerja dalam bidang yang dipelajarinya semasa di universiti.
Persoalannya di sini kenapa perlu makan gaji? Apabila bekerja di bawah majikan , gaji yang kita perolehi seumpama penjara yang menyekat kebebasan kita.
Kebebasan yang kita mahukan adalah kebebasan masa dan kewangan , namun jika makan gaji , kebebasan ini dikawal malah disekat.-Menurut Donald Trump dan Robert T. Kiyosaki.
Mari kita fikir-fikirkan , jika kita makan gaji , duit yang kita ada kita kawal sebaik mungkin untuk kita dan keluarga , kerana kita tidak berduit. Namun begitu infaq untuk dakwah juga menjadi keutamaan. Jika dengan gaji yang kecil , maka kecil lah pelaburan yang kita akan berikan kepada gerak kerja kita.
Ayuh, mari kita renung-renungkan , kita flashback balik , bagaimana dakwah Rasullah S.A.W , yang mana kita tahu betapa ramai jutawan-jutawan pada masa itu menginfaqkan seluruh hartanya untuk agama Allah Taala.
Jutawan-jutawan ini makan gajikah ? Saya bawakan satu satu sirah seorang jutawan Islam yang sememangnya kita tahu dengan dermawannya ....
Sebagai seorang kaya raya, ahli ekonomi yang handal, kedermawanan Ustman juga tidak bisa diragukan lagi. Sejarah mencatat bagaimana kedermawanan Ustman sangat membantu kehidupan masyarakat muslim pada masa itu. Keislaman Ustman menjadi berkah tesendiri bagi kaum muslimin. Dia selalu datang di saat orang kesusahan. Dalam suatu kisah disebutkan ketika kaum muslimin hendak menghadapi perang tabuk. Saat itu Rosulullah membutuhkan berbagai perlengkapan, logistik dan orang-orang untuk menjadi prajurit. Banyak orang yang menginginkan untuk menjadi syuhada dalam perang tersebut tetapi ditolak oleh Rosulullah karena memang kurangnya kendaraan dan logistik yang disebabkan masa paceklik yang sedang melanda jazirah Arab. Maka orang-orang tadi kembali pulang ke tempat masing-masing dengan mata yang berlinang. Pada saat itulah Rasulullah Saw naik ke atas mimbar. Beliau memuji Allah Swt, kemudian Beliau menganjurkan umat Islam untuk mengerahkan segala kemampuan mereka dan menjanjikan mereka dengan balasan yang besar.
Mengetahui adanya kesulitan tersebut, dengan segera Ustman berdiri dan berkata kepada Rosulullah Saw: “Aku akan memberikan 100 unta lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!” Kemudian Rasulullah Saw turun satu anak tangga dari mimbarnya dan Beliau terus menganjurkan umat Islam untuk mengerahkan apa yang mereka punya. Maka untuk kedua kalinya Utsman berdiri dan berkata: “Aku akan memberikan 100 unta lagi lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”
Wajah Rasul Saw menjadi cerah, kemudian Beliau turun satu anak tangga lagi dari mimbar dan Beliau masih saja menyerukan umat Islam untuk mengerahkan segala yang mereka miliki. Utsman untuk ketiga kalinya berdiri dan berkata: “Aku akan memberikan 100 unta lagi lengkap dengan bekalnya, ya Rasulullah!”
Pada saat itu Rasulullah Saw mengarahkan tangannya ke arah Utsman pertanda Beliau senang dengan apa yang telah dilakukan Utsman ra. Beliau pun bersabda: “Utsman setelah hari ini tidak akan pernah kesulitan….” Belum lagi Rasulullah Saw turun dari mimbarnya, namun Utsman sudah berlari pulang ke rumah. Ia segera mengirimkan semua unta yang ia janjikan dan disertai dengan 1000 dinar emas. Begitu uang-uang dinar tadi diserahkan kepangkuan Rasulullah Saw, Beliau lalu membolak-balikkan uang dinar tersebut seraya bersabda: “Semoga Allah Swt akan mengampunimu, ya Utsman atas sedekah yang kau berikan secara terang-terangan maupun sembunyi. Semoga Allah juga akan mengampuni segala sesuatu yang ada pada dirimu, dan apa yang telah Ia ciptakan hingga terjadinya hari kiamat.”
Kedermawanan Ustman juga ditunjukkan, ketika terjadi musim paceklik pada masa pemerintahan khalfah Umar bin Khattab. Ustman menyedekahkan bahan makanan berupa gandum, minyak dan anggur kering yang diangkut dengan 1000 ekor unta bagi kaum fakir yang membutuhkan. Selain itu Utsman bin Affan juga pernah membeli sumur yang jernih airnya dari seorang lelaki Yahudi yang berasal dari kaum ghifar seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur tersebut kemudian diwakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Demikianlah seorang Ustman, sosok yang selalu peduli dengan kesulitan orang lain dan tanpa mengharapkan imbalan apa-apa kecuali ridho Allah SWT.
Setelah khalifah Umar bin Khattab wafat, diadakanlah musyawarah untuk memutuskan siapa khalifah yang akan melanjutkan roda pemerintahan. Musyawarah tersebut terdiri atas 6 orang sahabat yang menjadi panitia, yakni Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Diantara kedua orang sahabat ini akhirnya Ustman dipilih untuk menjadi khalifah menggantikan khalifah Umar bin Khattab. Peristiwa ini terjadi pada tahun 24 H. Pengangkatan Ustman menjadi khalifah kemudian diumumkan selesai sholat di masjid Madinah. Ustman adalah satu-satunya khalifah yang dipilih dalam usia yang sudah tua yakni 70 tahun. Dia menjadi khalifah pada saat pemerintahan Islam dalam kondisi yang cukup mapan sepeninggal khalifah Umar bin Khattab.
Banyak hal yang dilakukan Ustman bin Affan selama menjadi khalifah, diantaranya adalah melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji) dan Ustman adalah khalifah pertama yang melakukan perluasan tersebut. Ustman mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; serta membangun dan mengembangkan pertanian.
Pada masa pemerintahannya, kekuatan Islam juga melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, kaum muslimin mempunyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada tersebut. Sekitar 1.700 kapal dipakainya untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Bahkan Konstantinopel pun sempat dikepung oleh pasukan laut kaum muslimin. Pada masa Ustman juga pernah dilakukan ekspedisi damai ke Tiongkok. Dimana saat ekspedisi tersebut dilakukan Saad bin Abi Waqqas bertemu dengan Kaisar Chiu Tang Su dan sempat bermukim di Kanton.
Selain itu sebagai seorang ekonom, bisa dikatakan kesejahteraan rakyat sangat terjamin dimasa pemerintahan Ustman. Setiap jum’at selalu ada budak yang dibebaskannya bahkan dihargai sesuai dengan berat timbangannya. Bahkan konon banyak dari rakyat Ustman yang haji hingga berkali-kali. Karena kesejahteraan terjamin, maka kondisi masyarakat menjadi aman.
Pada masa khalifah Ustman bin Affan juga dilakukan penyelesaikan pengumpulan naskah al-Quran yang telah dirintis oleh khalifah sebelumnya. Sehingga al-Qur’an yang ada di tangan kaum muslimin saat ini dikenal dengan mushaf Ustmani. Dalam menyelesaikan penulisan naskah al-Qur’an ini, Ustman menunjuk empat pencatat al-Quran yakni; Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdurrahman bin Harits, untuk memimpin sekelompok juru tulis. Kertas didatangkan dari Mesir dan Syria. Tujuh Quran ditulisnya, Masing-masing dikirim ke Mekah, Damaskus, San’a, Bahrain, Basrah, Kufah dan Madinah.
Meski banyak hal yang diraih pada masa pemerintahan khalifah Ustman bin Affan, tetapi sempat terjadi perselisihan di akhir masa pemerintahannya. Hal ini diantaranya karena adanya beberapa pejabat yang dirasa tidak sesuai dan kurang baik bagi Ustman dicopot dan diganti. Kemudian jabatan-jabatan yang kosong tersebut diganti dengan pejabat baru yang kebanyakan berasal dari keluarga besarnya. Meski pejabat baru tersebut dianggap professional tetapi tindakan sang khalifah yang terkesan nepotisme membuat ketidakpuasan sebagian masyarakat terutama pejabat-pejabat yang dipecat. Bahkan sempat ada hasutan yang anti bani Muawiyah asal keluarga besar Ustman bin Affan hingga pernah terjadi pengepungan di rumah khalifah sampai empat puluh hari karena tuntutan mereka tidak diipenuhi oleh Ustman. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah Ustmanpun dijaga ketat oleh para sahabat seperti Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih sayangnya, Ustman hanya menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur kata yang santun.
Suatu hari tanpa diketahui oleh para pengawal dan para sahabat Ustman, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an.
Sebelum terjadi pembunuhan terhadap dirinya, Utsman sempat memejamkan matanya, ia melihat Nabi Saw yang diiringi oleh kedua sahabatnya yang bernama Abu Bakar As Shiddiq dan Umar bin Khattab. Utsman mendengar Rasulullah Saw bersabda kepadanya: “Segeralah menyusul kami, ya Utsman!” Maka Utsman merasa yakin bahwa ia akan segera berjumpa dengan Tuhannya dan Nabinya.
Pagi itu Utsman bin Affab berpuasa. Ia meminta untuk dibawakan celana panjang dan kemudian ia mengenakannya karena ia merasa khawatir bahwa auratnya dapat tersingkap jika ia dibunuh oleh orang-orang durjana. Ustnab meninggal pada hari Jum’at 18 Dzul Hijjah, Ia berpulang ke pangkuan Tuhan pada saat ia sedang kehausan karena berpuasa, sementara Kitabullah terbentang di antara kedua tangannya.
sekali lagi mari tanyakan pada diri kita , jutawan-jutawan ini makan gajikah ?
ayuh ikhwah dan akhawat semua jadilah seperti mereka !
wassalam